
Solo – Suasana malam di kawasan kuliner Galabo (Gladag Langen Bogan) Solo terasa semakin hidup dengan kehadiran grup musik yang tampil setiap malam. Lokasinya ada di depan Beteng Trade Center (BTC) dan Pusat Grosir Solo (PGS), tepatnya di Jalan Mayor Sunaryo, Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57113.
Salah satu sosok yang turut menghadirkan kehangatan di Galabo adalah Ekti Antari Setiani (48), yang akrab disapa Etik. Sejak tahun 2008, ia setia berjualan berbagai jenis wedang ronde di kawasan ini. Sudah hampir sembilan tahun ia menempati lapak yang sama, datang sendiri setiap hari dari rumahnya di Pucangsawit dengan mengendarai motor.
Tak hanya berdagang, Etik juga menjadi saksi kehidupan malam di Galabo. Ia kerap mengamati penampilan para grup musik yang tampil, bahkan berinteraksi dengan mereka.
Di Galabo juga terdapat berbagai kuliner, mulai dari jagung bakar, sate, soto, wedang ronde, asle dan masih banyak lagi.

“Disini buka mulai jam 5 sampai sekitaran jam 11 malem paling mba, ya tergantung tamunya juga, kalau rame sampai malem masih datang ya belum tutup,” ujar Etik.
Malam hari di Galabo memang tidak pernah sama. Terkadang suasana mulai ramai setelah Maghrib, dan bahkan bisa berlangsung sampai pukul 23.00 WIB. Setiap harinya, grup musik yang tampil berbeda-beda sesuai jadwal yang ada, akan tetapi ada hari selasa yang dimana diganti nama bandnya yang semula Orgen Tunggal Jekel digantikan oleh band D and D sebagai berikut :
1. Senin : Flores Akustik
2. Selasa : Band D and D
3. Rabu : Kikid's Nada
4. Kamis :Koes Plus
5. Jumat: Papa Rock And Roll
6. Sabtu : Organ Tunggal Beny
7. Minggu : Kawind Band
Salah satu band yang tampil dimalam itu adalah Papa Rock and Roll, dengan anggota sekitar 6–7 orang. Band ini berasal dari Solo dan biasa mulai tampil sekitar pukul 19.00, setelah waktu salat Isya. Apabila rame pendatang, biasanya mereka membawa banyak lagu, setelah itu para band berhenti sejenak sekitar jam 21.00 WIB atau 21.30 WIB untuk makan malam dan makanannya dikasih sama pedagang makanan yang ada disitu secara bergantian setiap hari.
Soal bayaran para band? Etik mengungkapkan, para musisi tidak dibayar oleh pengelola, tetapi dari hasil ngamen dan apresiasi para penonton. "Iya, kita yang nyawer, kita cuman nyediain tempat sama makan minum," jelasnya
Antusiasme warga terhadap hiburan ini sangat tinggi. Jika tidak ada live musik pasti sepi pengunjung yang datang. Dulu hanya ada 2 orgen tunggal dan tampil secara bergantian, setelah itu dicari para musisi di sekitar Solo dan pada akhirnya ada 7 grup band yang sudah dijadwalkan disetiap harinya.
Musik yang paling digemari oleh pengunjung pun beragam, namun genre musik milik Koes Plus mempunyai komunitas grupnya sendiri.
Pengunjung juga bisa melakukan request lagu. Nah, suasana seperti ini yang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Solo dan sekitarnya untuk datang dan menikmati malam yang penuh kenangan di Galabo.