
Solo — Di tengah derasnya arus budaya global, kelompok seniman karawitan di Dukuh Ngabeyan Desa pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, tetap setia menjaga denyut hidup budaya Jawa melalui musik gamelan atau disebut karawitan.
Karawitan sendiri merupakan seni musik tradisional Jawa, Bali, dan Sunda yang menggunakan alat musik gamelan sebagai instrumen utamanya. Musik karawitan biasanya mengiringi pertunjukan wayang, tari, atau upacara adat. Ciri khasnya terletak pada harmoni nada, irama yang halus, serta filosofi yang mendalam dalam setiap gending (lagu) yang dimainkan. Seni ini mencerminkan kearifan lokal dan kekayaan budaya Nusantara yang diwariskan secara turun-temurun.
Karawitan memiliki beberapa bagian penting yang membentuk struktur musiknya secara utuh dan harmonis. Bagian awal biasanya diawali dengan Bubuka atau pembuka, yang berfungsi memperkenalkan suasana dan irama dasar. Setelah itu dilanjutkan dengan Gendhing, yaitu komposisi utama dalam karawitan yang terdiri atas beberapa bagian, seperti Ompak (bagian pokok yang berulang), Merong (bagian panjang dengan pola ritme kompleks), dan Minggah (lanjutan dari merong dengan suasana yang lebih dinamis). Karawitan kemudian diakhiri dengan Suwuk, yaitu penutup gendhing yang menandakan berakhirnya pertunjukan. Dalam beberapa gendhing, juga terdapat Selingan atau Gatra, yaitu bagian-bagian pendek yang memperkaya variasi dan nuansa musik. Setiap bagian ini memiliki fungsi estetika dan musikal yang saling melengkapi dalam sebuah pertunjukan karawitan.
Arum laras merupakan organisai karawitan yang didirikan sejak tahun 1980-an terletak di Ngabeyan, Desa Pendem, kecamatan Sumberlawang, Sragen. Dimiliki oleh sepasang suami istri bernama Hartono dan suji yang telah lama terjun dalam dunia per-karawitan. Organisasi mereka terdiri dari sekitar 12 orang termasuk Hartono dan istrinya dengan bagian mereka masing-masing ketika acara karawitan.
“ Dulu itu saya setelah keluar dari organisani saya yang sebelumnya, saya memutuskan untuk membuat organisasi sendiri yang alhamduliah berjalan hingga sekarang, dan bernama Arum Laras “. Ucap Hartono pemilik karawitan arum laras.
Karawitan Arum laras biasanya dilaksanakan dalam berbagai momen penting kebudayaan, seperti upacara adat, perayaan keagamaan, pertunjukan wayang, dan pentas tari tradisional. Selain itu, karawitan juga sering dimainkan dalam acara kenduri, selamatan, hingga resepsi pernikahan sebagai bentuk pelestarian budaya dan hiburan bernilai seni tinggi. Dengan durasi dan butged yang dapat ditentukan atau disepakati oleh orang yang memiliki acara dengan pemilik karawitan.
“ kalau biasanya mas sering kali diundang itu untuk acara pernikahan wayang, khitanan, untuk acara yang lain seperti upacara adat, pertunjukan seni yang resmi itu jarang sekali mas pernah tapi bisa dihitung jari dan untuk biaya tergantung berapa lama kita tampil kalau untuk satu hari satu malam biasanya sekitar 28 juta dan selebihnya “. Jelas Hartono pemilik karawitan arum laras.
Keberadaan kelompok karawitan ini menjadi bukti bahwa kesenian tradisional masih memiliki tempat di hati masyarakat. Mereka tidak hanya memainkan musik, tetapi juga mewariskan nilai-nilai kesabaran, gotong-royong, dan kepekaan rasa yang semakin langka di era modern. Tetapi hanya ada sedikit permasalahan minimnya minat anak muda pada seni tradisional karawitan, sehingga membuat banyak organisasi yang bubar dikarenakan tidak ada pengganti mereka.
“ Semoga saja kedepannya banyak anak muda yang mulai sadar akan pentingnya melestarikan seni tradisional karawitan ini sehingga masih dapat dinikmati bersama anak cucu kita semua “. Ucap Hartono pemilik karawitan arum laras.