1, My Address, My Street, New York City, NY, USA
contact@domain.com
Pota chick Sragen, Camilan Anak Muda Rintisan Winarni
Home » Kuliner  »  Pota chick Sragen, Camilan Anak Muda Rintisan Winarni

Sragen — Winarni, seorang wanita berusia 34 tahun, asal Banaran yang memulai usahanya menjual makanan ringan kekinian dengan merek Potachick pada tanggal 4 Mei 2025. Meski usaha ini terbilang masih baru, semangat Winarni untuk mandiri secara finansial patut diacungi jempol. Lokasi tempat ini ada di depan Kantor Kecamatan Sragen Kota atau Jl. Jend Sudirman Cantel Wetan Sragen, Rabu( 09/07/2025 ).

Winarni tidak memiliki toko sendiri, ia hanya menyewa tempat. Usahanya berjualan dilakukan seorang diri, dari mempersiapkan bahan, mengolah, hingga menjual kepada pembeli. Sebelumnya, ia bekerja di sebuah rumah makan selama lima tahun, namun kemudian memutuskan untuk membuka usaha sendiri agar bisa berkembang dan memiliki penghasilan sendiri. “Yaaa, pengen punya penghasilan sendiri, daripada ikut orang terus kan, pengen punya usaha sendiri. Pengen maju lah,” tuturnya.

Usahanya beroperasi setiap hari, dengan jam buka pukul 11.00-19.00 WIB pada hari Senin-Sabtu dan pukul 07.00-16.00 WIB pada hari Minggu.

Menu andalan dari Potachick adalah kentang goreng dengan berbagai varian rasa, seperti mentai, creamy, bolognese, lava keju, mozarella, dan bumbu tabur. Pilihan menu tersebut dipilih karena menurut Winarni belum banyak yang menjual menu serupa di Sragen. Ide nama Potachick pun berasal dari dirinya sendiri.

Target pasar utama Potachick adalah anak muda. “Kebanyakan anak muda,” ujarnya. Dari sekian banyak pilihan, kentang menjadi menu favorit pelanggan. Winarni membeli semua bahan baku secara mandiri dan memilih bahan lokal. Ia memastikan bahan yang digunakan selalu dalam kondisi segar. “Ini setiap hari fresh,” ujarnya.

Dalam proses persiapan setiap harinya, Winarni membutuhkan waktu sekitar 1 jam, mulai dari mengupas, mencuci, dan memotong bahan, hingga memasak ayam.

Harga menu di Potachick pun bervariasi, tergantung ukuran dan jenisnya. Dalam memasarkan produknya, Winarni memanfaatkan platform digital seperti WhatsApp dan Facebook, khususnya masuk di Kuliner Sragen yang ada di Facebook.

Komentar yang sering ia terima dari pelanggan adalah permintaan agar bumbu lebih banyak. Ia bersyukur karena kini sudah ada banyak pelanggan yang loyal dan tidak hanya cuman datang karena viral saja.

Meski begitu, Winarni tetap menghadapi tantangan dalam menjalankan usahanya. Ia menyebut bahwa tantangan terbesar adalah kondisi penjualan yang kadang ramai, kadang sepi. Salah satu kendala lain adalah fluktuasi harga bahan pokok yang terkadang naik turun. “Kalau ini minyak turun harga mba, kemarin saya beli itu satu dusnya Rp225.000, ini jadi Rp220.000,” katanya.

Lokasi usahanya saat ini dipilih karena pertimbangan strategis. Awalnya ia ingin berjualan di depan Alfamidi, namun tempat belum jadi, jadi ia memilih lokasi sekarang.

Saat ditanya apakah ingin menambah menu, Winarni menjawab, “Sementara ini dulu, nanti kalau ada ide lain coba ditambahin.” Ia juga memiliki impian besar ke depannya, yakni ingin membuka cabang jika usahanya semakin lancar.

Sebagai penutup, Winarni memberikan pesan untuk anak-anak muda yang ingin memulai usaha, “Jangan mudah menyerah, yang penting jangan gengsi.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *